Minggu, 01 Juli 2012

Pemburu Tokek, Penawar AIDS

Sabtu, 26 Mei 2012 20:44:01

Tokek. merdeka.com/www.ragilagus.com

Sudah hampir tiga minggu, Badru hanya mendengarkan kicau burung yang berada di kios temannya di pasar Burung Pramuka, Jakarta Timur. Hampir tiga minggu pula dia tidak lagi mencari binatang melata yang bagi sebagian orang justru menakutkan. Berburu tokek.

"Kemarin-kemarin lagi kurang enak badan. Tapi besok sudah sudah nyari tokek lagi," ujar Badru kepada merdeka.com di pasar Burung Pramuka, Jakarta Timur, Jumat (25/5).

Meski sering dianggap mengganggu, tetapi tokek ternyata memiliki harga jual yang tinggi. Hewan bertotol merah yang pemalu ini dipercaya sebagai obat menawar HIV AIDS.

Maka tak salah jika Badru dan beberapa rekannya menjadi pemburu binatang yang memiliki nama latin Gekko gecko ini sebagai pekerjaan. Namun tentu tidak sembarang tokek yang bisa dijual.

Menurut pria asal Cirebon ini, mencari tokek juga bukan perkara mudah. Salah-salah justru mendapat petaka.

"Pernah dikira mau maling dan mau dihajar orang karena masuk rumah kosong. Padahal sebelumnya sudah bilang sama tetangga rumah kosong itu, tapi tetap dikira maling," kenang Badru.

Badru sendiri sebenarnya tak paham mengapa harga tokek begitu mahal, namun dari penuturan rekannya, hewan mirip cicak besar ini untuk obat HIV AIDS. Lidah dan darah tokek konon bisa melawan virus HIV. Selain lidah, empedu tokek juga dipercaya untuk pengobatan orang yang mengidap AIDS.

Namun tidak semua tokek berkhasiat hebat, menurut Badru pengepul hanya mau menerima tokek besar dan kondisi baik, dalam artian tidak ada luka atau ekornya terputus.

"Harga variasi tergantung berat sama kondisi tokek. Kalau kurang dari 1,5 ons paling Rp 150 ribu sampai 200 ribu. Tapi kalau di atas 2 ons bisa sampai Rp 4 jutaan," terangnya.

Bahkan menurut Badru bila lebih dari 4 ons, harganya bisa lebih dari Rp 100 juta. Tapi sekali lagi, tokek bukan binatang yang mudah ditaklukan.

"Nangkapnya juga pakai teknik, supaya tidak ada luka dan stres. Tokek kalau dipegang tangan manusia stres, dan kalau stres bobotnya turun," terangnya.

Karena sudah hampir lima tahun menggeluti pekerjaan pencari tokek, Badru sedikit paham karakter dan kebiasaan buruannya. Tokek biasanya berada di rumah kosong atau di balik pohon hutan. Yang jelas, tokek sebisa mungkin akan menghindari manusia.

"Paling berat dulu dapet 3 ons lebih, hasil dibagi empat. Tapi sekarang sudah susah, paling dapetnya yang kurang dari satu ons paling banter satu ons lebih," terangya.

Informasi lain menyebut bahwa tokek terbesar pernah mencapai harga ratusan miliar. Harga tokek akan lebih mahal jika sudah mencapai 1 kilogram.

Konon pernah ada tokek raksasa ditemukan di pedalaman Kalimantan dengan berat hingga 64 kilogram. Tokek raksasa itu kemudian terjual dengan harga Rp 179 miliar, dibeli oleh pengusaha Korea.

Tertarik mengikuti jejak Badru berburu tokek?

[hhw]

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar